Kamis, 30 April 2015
Selasa, 21 April 2015
Raden Adjeng Kartini pada feminisme
Raden ajeng kartini, salah satu sosok pelopor feminisme di Indonesia. Paham feminis ini mengutamakan emansipasi wanita di ranah publik dan ranah domestik. Apa yang ingin di emansipasi? Bukan masalah pekerjaan tepatnya, tapi kesamaan status yang ideologi gender gembor-gemborkan bahwa laki-laki adalah superordinat dan perempuan adalah subordinat yang intinya harus ada kesetaraan status. Inilah yang berdampak ke lingkup pekerjaan salah satunya bahwa pembagian hak (upah) tidak dinilai dari gender tetapi dari kualitas kerja individu, lingkup domestik ada pembagian kewajiban mengurus anak misalnya, dilingkup pergaulan sosial ada kesetaraan berpendapat!!!
Selasa, 07 April 2015
PEMBANGUNAN MORAL
negara-negara dunia ketiga ibarat kata terdependensi oleh negara maju, hanya cenderung mengenal masyarakat konsumtif baik dalam paradigma politik, ekonomi, hukum dan sebagainya, contohnya kiblat indonesia ke amerika -hampir semua negara berkembang seperti demikian-
tapi korea selatan adalah negara yang terbukti keluar dari dependensi tersebut, membuktikan bahwa negaranya dapat bersaing dengan adidaya, misalnya Kpop dalam industri hiburan, samsung dalam industri teknologi, makanan korea dalam industri makanan, serta dalam bidang olahraga.
apa yang membuat Indonesia masih stagnan? Prof. Koentjaraningrat mengatakan adanya pengertian berbeda bangsa Indonesia mengenai 'MORAL', bahwa ada acceptance jikalau bangsa kita lemah, ada pemujaan pada orang asing, serta agama yang selalu dimaknai salah artinya......
tapi korea selatan adalah negara yang terbukti keluar dari dependensi tersebut, membuktikan bahwa negaranya dapat bersaing dengan adidaya, misalnya Kpop dalam industri hiburan, samsung dalam industri teknologi, makanan korea dalam industri makanan, serta dalam bidang olahraga.
apa yang membuat Indonesia masih stagnan? Prof. Koentjaraningrat mengatakan adanya pengertian berbeda bangsa Indonesia mengenai 'MORAL', bahwa ada acceptance jikalau bangsa kita lemah, ada pemujaan pada orang asing, serta agama yang selalu dimaknai salah artinya......
ELITE KEBAL HUKUM
Indonesia, negara hukum -katanya- , tiap perilaku warganya diatur oleh hukum. Katanya, hukum tak pandang usia, jenis kelamin, kaya miskin, kuat lemah,atau stratifikasi
Tapi, sebuah kasus yang menyita perhatian bahwa ternyata hukum juga masih tebang pilih. Untuk segelintir orang, ada beberapa kekebalan hukum yang dimilikinya karena powernya.
maksud saya, warga yang memiliki power , atau bahkan otoritas, bisa dengan santainya melanggar hukum yang sudah ditetapkan. Contohnya, iring-iringan mobil pejabat pemerintah. Kerap kali akan menerobos lampu merah yang padahal artinya lampu merah secara hukum harus berhenti. Sayangnya, polisi sebagai penegak hukum malah yang menjadi pemblokir jalan.
Jika pada negara demokrasi seperti yang di bayangkan plato atau siapapun juga menekankan kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat, mengapa justru elite hanya mengkamuflasekan diri pelayan masyatakat tetapi acap kali membuat kelas-kelas masyarakat.
Pernah sebuah kasus juga, seorang elite pada hari libur mengendarai motor tanpa menggunakan helm dijalan raya. Seorang polantas menilangnya lantaran pelanggaran tersebut. Elite itu hanya meninggalkan motornya dan berjalan pulang ke rumah. Sore harinya, polantas yang menilang tadi datang ke rumah elite tersebut, mengembalikan motornya, dan meminta maaf. Ehh??
Keprofesioanalan dalam bekerja menjadi tugas utama bangsa kita. Adanya faktor power -terlebih lagi otoritas- sering kali membuat orang yang memiliki power tersebut menjadi kebal hukum. Lantas, bagaimana dengan kelas menengah ke bawah? TIADA AMPUN!!!
hukum di Indonesia ibarat kata sebuah pisau, TAJAM KE BAWAH TAPI TUMPUL KE ATAS!!!
Langganan:
Postingan (Atom)